A. PERSIAPAN
LAHAN
·
Pengolahan
tanah dilakukan dibajak 2 kali. Selanjutnya buat guludan kasar dengan lebar 110
– 120cm dan jarak antar guludan 80 – 90cm, panjang guludan max. 25 m (untuk
memudahkan perawatan).
·
Dolomite 280
gram/m2 dan pupuk kandang 5 kg/m2 disebar merata di atas guludan. Setelah itu
dilakukan pembalikan tanah dengan cangkul supaya dolomite merata.
·
Pemupukan
dasar dilakukan seminggu setelah pemberian dolomite dan pupuk kandang dengan
cara bedengan dibelah tengah dan diberi pupuk dasar Urea, ZA, Superphos dan KCl
dengan perbandingan 1 : 1 : 1 : 1 sebanyak 100 g/m2. Setelah itu bedengan
dirapikan dan ditutup mulsa hitam perak. Mulsa selanjutnya dilubangi dengan
jarak 70 cm x 70 cm.
B. PERSEMAIAN
Gunakanlah selalu varietas terong produksi
CAP PANAH MERAH antara lain: YUMI F1, MUSTANG F1, MILANO F1, TURANGGA F1, KANIA
F1, LEZATA F1, GRACIA F1, SEMBRANI F1, SATRIA F1, RAOS F1.
Menggunakan polybag dengan diameter 5 cm, dari plastic es yang dipotong-potong
dengan media semai berupa tanah kering
dari endapan sungai atau irigasi.
Siram media semai dan buat lubang sedalam 1
cm. Masukkan benih ke polybag. Usia 25 – 30 hari setelah semai (± 6 daun) bibit
sudah siap pindah tanam.
C. PENANAMAN
Penanaman sebaiknya dilakukan saat cuaca
masih segar dan tidak terlalu terik, seperti pagi dan sore hari. Bibit
dimasukkan ke dalam lubang tanam yang ditugal sedalam 10 - 15 cm. sebelumnya ke
dalam lubang tanam dapat diberikan insektisida carbofuran sesuai dosis untuk
menjaga serangan hama.
D. PEMELIHARAAN
KHUSUS
Tanaman terong mutlak memerlukan ajir atau
turus. Pemasangan ajir atau turus dilakukan setelah tanaman selesai ditanam di
bedengan. Tinggi ajir atau turus yang digunakan untuk terong 1,5 meter dengan
bagian bawah yang dimasukkan ke dalam tanah 25 cm.
Ajir atau turus untuk terong dipasang tegak.
Pemasangan ajir dilakukan di setiap tanaman dengan jarak sekitar 10 cm dari
batang tanaman. Setelah ajir atau turus dipasang, tanaman harus segera
diikatkan di ajir atau turus tersebut dengan menggunakan tali rafia. Cara
mengikatnya menggunakan simpul yang berbentuk angka delapan (“8”). Pengikatan
tanaman dilakukan pertama kali di batang. Namun, setelah tanaman mengalami
penambahan tinggi, pengikatan dilakukan di percabangan pertama.
E. PEMUPUKAN
Pemupukan susulan dengan system kocor mulai
dilakukan pada tanaman umur 10 HST dengan selang waktu 7 hari. Konsentrasi
larutan pupuk kocor mulai ½ kg naik
terus hingga 1½ kg campuran pupuk per 30
liter air (pemupukan susulan pertama sampai terakhir) dan disiramkan ± 250 ml pada tiap tanaman
Pemupukan susulan 1 dan 2 menggunakan NPK
Mutiara dan ZA dengan perbandingan 2 : 1.
Pemupukan susulan 3 menggunakan NPK Mutiara dan ZA dengan
perbandingan 1 : 1. Pemupukan susulan 4
dilakukan 2 (dua) minggu setelah pemupukan susulan 3 menggunakan NPK Mutiara
dan ZA dengan perbandingan 2 : 1.
Contoh alat
pelubang mulsa.
F. PENGENDALIAN
HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
Pengendalian hama dan penyakit yang
diterapkan bersifat preventif dengan menyemprotkan pestisida, seperti
insektisida dan fungisida secara teratur. Penyemprotan mulai dilakukan pada
umur tanaman ± 1 MST menggunakan pestisida sesuai sasaran hama/penyakit &
konsentrasi/Dosis anjuran dengan jarak waktu semprot (interval penyemprotan) 4
hari. Penyemprotan dilakukan lebih intensif lagi jika terjadi kabut.
Nama formulasi pestisida dan bahan aktif yang
digunakan: Antracol 70 WP (propineb), Buldok, Cabrio, Confidor 200 LC
(imidakloprid), Decis 2,5 EC (deltametrin), Demolis (abamektin), Dithane M-45
(mankozeb), Dursban 20 EC (klorpirifos), Marshal 200 EC (karbamat), Nurell,
Score 250 EC (difenokonazol), Tracer 120 EC (naturalyte hasil fermentasi
bakteri Saccharopolyspora spinosa), Virtako (klorantraniliprol dan
tiametoksam).
1)
OTENG-OTENG
Pengendalian
dengan penyemprotan insekt. Profenofos 20 ml/ 14lt air
2)
PENYAKIT LAYU VERTICILLIUM
Penyakit ini disebabakan oleh jamur
Verticillium sp. Tanaman yang terinfeksi jamur ini akan layu perlahan-lahan
dimulai dari daun terbawah. Daun tampak alum dan pucat kemudian berubah menjadi
kuning kecoklatan. Gejala ini akan muncul pada daun lain dan akan merambat ke
daun-daun atas. Penyebaran penyakit ini dapat melalui tanah dan air serta
alat-alat pertanian. Pengendalian dengan membuang tanaman terinfeksi dan
mengurangi penyebaran penyakit. Penggunaan fungisida berbahan aktif kloratalonil, propineb, dimetomorf, folpet,
asibensolar s-metyl, mankozeb, ziram, kaptan, famoxadon, simoksanil,
azoxystrobin dapat diberikan dengan cara kocor di sekitar perakaran.
3)
PENYAKIT LAYU BAKTERI
Bakteri penyebab penyakit ini adalah
Ralstonia solanacearum. Gejala yang muncul adalah mula-mula tanaman layu hijau
pada siang hari sedangkan pagi dan sore hari tidak. Layu permanen terjadi
setelah beberapa hari kemudian. Bila batang bawah dikupas tampak berwarna
kecoklatan dan bila dicelup ke dalam air muncul aliran bakteri muncul aliran
bakteri menyerupai asap rokok. Penyebaran bakteri ini melalui tanah dan banyak
dijumpai di semua ketinggian. Bakteri ini memiliki banyak sekali inang dari
tanaman terung-terungan, sehingga rotasi tanaman dengan tanaman yang bukan
terung-terungan (Solanaceae) sangat dianjurkan. Pengendalian dengn menggunakan
belerang pada saat olah tanah sangat dianjurkan, sementara tanaman yang layu
dicabut dan dimusnahkan. Pada saat bertanam, aplikasi fungisida berbahan aktif
tembaga, belerang, asam oksolinik, dazomet dan bakterisida berbahan aktif
kasugamycin hidroklorida, streptomycin, dan oksitetrasiklin, dianjurkan dengan
cara dikocor.
4)
PENYAKIT HAWAR PHOMOPSIS
Jamur penyebab penyakit ini adalah Phomopsis
vexans. Gejala yang ditimbulkannya adalah terjadinya pembusukan pada bagian
batang dan buah. Pada bagian yang terinfeksi ditemukan banyak bintik hitam
(black dot) dengan pola konsentris (melingkar). Penyebaran jamur ini melalui
air (irigasi dan percikan air) dan tanah. Untuk mengurangi serangan penyakit,
bagian tanaman yang terinfeksi dibuang dan dibakar. Pengendalian kimiawi dapat
dilakukan dengan mengoleskan fungisida sistemik pada bagian yang terinfeksi
(batang). Penyemprotan fungisida berbahan tebukonazol, mankozeb, difenokonazol,
dan kesakonazol juga dapat dilakukan pada seluruh jaringan tanaman.
G. PANEN DAN
PASCA PANEN
Kriteria buah yang baik adalah dagingnya
belum keras dan warna buah mengkilat. Panen perdana dapat dilakukan saat
tanaman berumur 50 - 55 HST. Atau 15 - 18 hari setelah muncul bunga. Waktu yang
paling tepat pagi atau sore. Pemanenan dapat dilakukan seminggu dua kali. Total
dalam satu musim tanam dapat dilakukan 8 kali panen. Potensi hasil per tanaman
mencapai 21 buah.