BITCOIN BLABK COINS

Kamis, 01 April 2021

Cara Analisa Teknikal Trading Bitcoin

3.     Analisis Teknikal

 


Analisis teknikal merupakan sebuah teknik analisis di mana Anda akan memprediksi pergerakan harga berdasarkan pembacaan grafik. Bagi Anda yang sudah pernah trading saham atau valas pasti sudah tahu tentang hal ini, dan Analisa yang sama bisa diterapkan pada trading Crypto Currency.  Tujuan Analisa teknikal adalah agar kita dapat mengetahui pergerakan pasar dan menentukan kapan harus kita beli atau kita jual.

 


1.     Menganalisa Perubahan Harga dengan Pola Candlestick

 

A. Pola Candlestick Single

1.      Spinning Top

Ciri dari Spinning Top adalah, memiliki dua Shadow yang memanjang di bagian atas dan bawah dengan Body yang kecil. Mencerminkan ketidakpastian antara buyer dan seller menjadi fokus utama dalam candle ini. Jika muncul saat Uptrend, artinya lebih banyak Seller dari pada Buyer. Dan begitupun sebaliknya.


2.        Marubozu

Jenis pola candlestick ini adalah, body candle yang tidak mempunyai Shadow di atas dan bawahnya. Sehingga hanya terlihat seperti kepala tanpa rambut. Marubozu menunjukkan sinyal pergerakan kuat dari salah satu sisi (Buyer atau Seller) yang kemungkinan akan berlangsung sampai beberapa periode ke depan.



 

3.        Doji

Candlestick Doji mirip dengan pola candlestick Spinning Top, tetapi pola Doji memiliki ciri yang lebih kompleks. Candlestick Doji memiliki Body yang sangat tipis, bahkan hanya terlihat seperti garis, karena harga Open dan Closenya yang sama. Hal ini disebabkan karena antara Seller dan Buyer tidak ada yang mampu memegang kendali.



4.        Hammer

Pola candlestick Hammer memiliki bentuk seperti palu. Dengan lower shadow yang panjang dan Body yang kecil, pola ini mengindikasikan kondisi Reversal Bullish pada saat Downtrend.

Perhatikan panjang Lower Shadow dan Upper Shadow. Untuk memenuhi syarat pola Hammer, Shadow harus sangat kecil atau bahkan tidak ada sama sekali.

 

5.        Hanging Man

Sepintas mirip Hammer, tetapi ini berbeda karena posisinya tidak sama. Berbentuk seperti orang yang digantung dan terletak di bagian atas. Candlestick Hanging Man menunjukkan sebuah pembalikan harga Bullish menjadi Bearish, tetapi akurasinya rendah.

Jika harga Close pada candle berikutnya memang lebih rendah lagi, maka dapat mengkonfirmasi kecenderungan Reversal Bearish.

6.        Inverted Hammer

Pola dari Inverted Hammer seperti  palu terbalik. Pola biasanya menunjukkan sinyal Bullish, karena meskipun harga sudah sangat rendah, tetapi Buyer masih berhasil menutup sesi dekat dengan harga open. Namun, akurasinya rendah karena agak berlawanan. Inverted Hammer memiliki Upper Shadow lebih panjang dari  Body yang menginformasikan tekanan Seller, tetapi di sini nytanya memberi sinyal jika harga akan naik.

 


7.        Shooting Star

Pola candlestick yang satu ini mirip seperti bintang jatuh. Shooting Star memiliki Upper Shadow yang panjang, dengan Body berisi yang menghadap ke bawah. Jenis pola candlestick Shooting Star menunjukkan pembalikan harga dari naik menjadi menurun.

 


B.     Pola Candlestick Double

1.      Bullish Engulfing

Pola candlestick ini bersifat Bull yang menelan para Bear. Bull artinya Buyer, dan Bear adalah Seller. Bullish Engulfing Candle memberikan sinyal akan terjadinya Uptrend, ketika ada candle bearish yang di ikuti oleh candle bullish yang lebih besar.


2.      Bearish Engulfing

Bearish Engulfing memiliki sifat kebalikan dari candlestick Bullish Engulfing. Bearish Engulfing mengindikasikan terjadinya Downtrend. Candle Bearish yang lebih besar akan mengikuti candle Bullish yang lebih kecil. Penyebabnya adalah, para Seller sanggup menghentikan laju dari para Buyer.

 

3.      Tweezer Bottoms dan Tweezer Tops

Selain pola candlestick Engulfing, juga ada pola candlestick Tweezer Bottoms dan Tweezer Tops. Tweezer Bottom merupakan satu candlestick Bearish kurang lebih sejajar dengan satu candlestick Bullish. Keduanya sama-sama memiliki Lower Shadow panjang, tetapi dengan Upper Shadow kecil atau tidak ada sama sekali. Tweezer Bottom juga dapat diikuti oleh Doji. Perlu diingat bahwa panjang Body pada kedua candle tak harus sama, tetapi nilai Low harus sama rendahnya.

Tweezer Tops adalah candle Bullish bertemu dengan bearish dengan UpperShadow memanjang di bagian atasnya, tetapi Lower Shadow sangat pendek atau tidak ada sama sekali. Panjang Body pada kedua candle tak harus sama, tetapi nilai High harus sama rendahnya. Sebuah pola candle disebut dengan Tweezer Top menunjukkan Bearish Reversal saat terjadi Uptrend, sedangkan candlestick Tweezer Bottom adalah pola Bullish reversal ketika Downtrend.


4.      Harami

Dalam bahasa Jepang, Harami bermakna “kehamilan”. Kenapa disebut demikian, karena pola candlestick Harami terbentuk dari dua candle yang mana Body candle kedua selalu berukuran lebih kecil dan berada di dalam jangkauan Body candle pertama.  Ada dua versi dari Pola ini. Yaitu pola Bearish dan Bullish. Candle yang lebih kecil mengindikasikan pergerakan harga telah mencapai titik puncak dan kemungkinan besar sudah tidak mampu lagi meneruskan Trendnya. Semakin kecil candle kedua, maka semakin kuat sinyal Reversal akan terjadi.



 

 

C.      Pola Candlestick Triple

1.      Evening Star dan Morning Star

Adanya Doji diantara dua candlestick. Dengan body panjang sebagai ciri khusus dari pola Evening Star atau Morning Star. Pada pola candlestick Morning Star, susunan yang muncul adalah Bearish Candle-Doji-Bullish Candle dan terjadi pada posisi grafik Downtrend. Pola candlestick Morning Star ini mengindikasikan waktunya Reversal Bullish. Sebaliknya, pola candlestick Evening Star terjadi pada posisi grafik Uptrend, dan memberi sinyal Reversal Bearish. Formasinya adalah Bullish Candle-Doji-Bearish Candle.




2.      Three White Soldier dan Three Black Crows

Berbeda dengan pola-pola candlestick sebelumnya yang menunjukkan sinyal Reversal, Three White Soldiers dan Three Black Crows digunakan untuk mengonfirmasi kekuatan arah trend terkini.

Pola Three White Soldiers terbentuk dari tiga candle Bullish panjang yang mengikuti Downtrend. Harus di perhatikan, candlestick kedua, harus memiliki ekor yang kecil atau bahkan tidak ada sama sekali. Pola candlestick Three Black Crows adalah kebalikan dari Three White Soldiers. Pola Three Black Crows terbentuk ketika tiga candle Bearish mengikuti Uptrend yang kuat, dan mengindikasikan bahwa akan segera terjadi Reversal.


3.      Three Inside Up dan Three Inside Down

Pola candlestick yang terakhir adalah Three Inside Up dan Three Inside Down. Keduanya menandakan Trend Reversal. Polanya adalah Bearish-Bullish-Bullish.  atau Bullish-Bearish-Bearish.

Three Inside Up terjadi setelah Downtrend dan merupakan sinyal untuk Reversal Uptrend. Candle pertama dalam pola ini  adalah Bearish Candle dengan tubuh panjang. Selanjutnya di ikuti oleh Bullish Candle yang melewati titik tengah dari Candle Bearish pertama. Candle ketiga harus melewati tinggi Candle Bearish pertama.

Pola candlestick Three Inside Down adalah kebalikan dari Three Inside Up. Dalam hal ini, pola Three Inside Down adalah indikator untuk Reversal Downtrend.




2.     Menggunakan Indikator

Indikator merupakan alat bantu yang dapat dimanfaatkan untuk mengetahui arah pergerakan harga sehingga kita tidak terjebak membeli di harga tinggi dan malah mengalami kerugian. 

 

1.      Bollinger Bands

Indikator pertama adalah Bollinger Bands, yakni indikator yang digunakan untuk membaca pergerakan harga untuk mengukur volatilitas suatu pasar dan memperkirakan rentang pergerakan harganya.

Umumnya gambaran yang akan diperoleh merupakan pengetahuan apakah pasar sedang ramai atau tenang. Bentuknya sendiri terdiri atas tiga garis yang bergerak mengikuti pergerakan harga, yang umum disebut upper band, middle band, dan lower band.

Jarak ketiga band tersebut pada dasarnya dipengaruhi oleh volatilitas yang sedang terjadi. Semakin besar volatilitas maka semakin lebar jarak antara ketiga band tersebut, sementara semakin kecil volatilitas maka semakin kecil jaraknya.

Sederhananya, dapat dikatakan Bollinger Bands menunjukkan pasar sedang ramai saat melebar, dan pasar sedang sepi saat bands menyempit dan cenderung bergerak datar. Kondisi pasar ini akan membantu Anda menentukan strategi apa yang sebaiknya dilakukan.

Bollinger Bands juga berfungsi sebagai support dan resistance dinamis sehingga setiap pergerakan harga menyentuh garis band atas atau band bawah maka harga cenderung kembali ke tengah. Fungsi middle band adalah sebagai target.

 


Cara Analisis Teknikal dengan Bollinger Bands

1.      Strategi Membeli atau Menjual di Ujung Tren dimana Harga akan Balik Arah

Strategi ini memanfaatkan pencarian level buy di area lower band atau mencari level sell di area upper band. Targetnya adalah area middle band.

Saat Anda ingin menjual dan harga telah sampai di upper band, akan sulit menentukan harga akan tetap atau justru menembus ke atas. Sebaiknya tunggu konfirmasi pantulan berbentuk candlestick atau bar chart yang ditutup di bawah upper band. Saat Anda ingin membeli, sebenarnya caranya sama saja seperti tadi, namun pergerakan yang diharapkan adalah telah sampai di lower band. Untuk menentukan stop loss, Anda perlu mencari support atau resistance terdekat.

 

 

2.      Strategi Mengenal Peluang Breakout

Dalam strategi breakout trading, umumnya diikuti oleh Bollinger Bands yang bergerak melebar secara pesat hingga menembus upper atau lower band.

Kondisi ini akan menjadi pertanda untuk memutuskan membeli/menjual. Jika upper band yang ditembus, strateginya adalah buy, sebaliknya gunakan strategi sell jika menembus lower band.

 

3.      Rumus  Bollinger Band standar

Bollinger Band standar menetapkan garis tengah sebagai simple moving average (SMA) 20 hari. Sedangkan untuk band atas dan bawah, ini dihitung berdasarkan volatilitas pasar.

·         Garis tengah: simple moving average (SMA) 20 hari

·         Garis atas: SMA 20 hari + (deviasi standar 20 hari x2)

·         Pita bawah: SMA 20 hari – (deviasi standar 20 hari x2)

 

Semakin besar periode yang digunakan, maka semakin halus garis pergerakan harganya. Standar harga yang biasa digunakan adalah harga penutupan. Umumnya simple moving average memperhalus pergerakan harga dalam rentang waktu tertentu sehingga Anda akan lebih mudah mengenali tren atau arah pergerakan harga secara umum.

Prinsipnya, jika harga secara umum bergerak di atas MA maka tren yang berlangsung adalah uptrend (gunakan sebagai area referensi untuk buy), sedangkan jika harga secara umum bergerak di bawah MA maka tren yang berlangsung adalah downtrend (gunakan sebagai area referensi untuk sell). Jika harga menembus MA (menjadi breakout), maka kemungkinan besar mengindikasikan bahwa tren akan berubah arah.

 

Kesimpulannya, Anda bisa menentukan kapan waktu yang tepat untuk membeli dan menjual dengan menggunakan aturan baku analisis teknikal Simple Moving Average sebagai berikut:

·         Beli ketika tren sedang naik

·         Jangan beli ketika tren sedang turun

 

2.     Menggunakan Indikator Oscillator RSI Stochastic

Indikator Stochastic Relative Strength Index, atau singkatnya Stoch RSI, adalah indikator teknis momentum yang terkenal di dunia perdagangan crypto dan dalam perdagangan umum. Stoch RSI memanfaatkan aspek dari indikator Stochastic dan indikator RSI. Pada dasarnya, Stoch RSI adalah indikator Stochastic, dengan aksi berdasarkan level RSI menggantikan level harga.

Stoch RSI, pada nilai nominal, terdiri dari rentang angka 0 hingga 100. Indikator ini dilengkapi standar dengan garis putus-putus pada 20 dan 80. Biasanya, setiap tindakan pada kisaran 80 diberi label sebagai “wilayah overbought,” dan apa pun. di bawah 20 dianggap “oversold.”

Stoch RSI juga memiliki dua garis yang saling berinteraksi, berlabel K dan D. Pada Stoch RSI, nilai-nilai ini keduanya menjadi standar pada nilai 3, dengan RSI dan Stochastic panjang keduanya di 14. Sebagai perbandingan, indikator stochastic biasa memiliki garis yang disebut% K dan% D, dengan nilai masing-masing 14 pada 3, dan input nilai mulus 3.

Sederhananya, Beli pada saat cross di area Oversold dan Jual pada saat cross di area Overbought.

 

3.      Menggunakan Indikator Moving Average Convergence/Divergence (MACD)

MACD adalah salah satu indikator momentum yang banyak digunakan. Menggunakan indikator ini bisa berguna untuk Anda menemukan trend di cryptocurrencies bahkan sebelum trend tersebut terjadi. MACD digunakan oleh trader dan investor di berbagai macam market dan industri dan tentu saja bisa diaplikasikan di cryptocurrency yang sangat volatile.

Anda bisa menggunakannya untuk menemukan trend dan bisa digunakan untuk menentukan seberapa lama Anda tetap berada di dalam trend sampai momentumnya mulai menghilang.

Saat melihat chart MACD anda akan menemukan ada 3 variabel : Biru, orange dan bar berwarna pink.

·         Garis biru adalah Exponential Moving Average (EMA) dengan jangka 12 hari (12 day exponential moving average).

·         Garis orange adalah Exponential Moving Average (EMA) dengan jangka 26 hari.

·         Pink bars adalah indikator yang menentukan jarak antara garis orange dan biru.

 


Berikut ini beberapa cara membaca grafik MACD yang bisa Anda gunakan :

·         Garis orange (26-day exponential MA) lebih tinggi daripada garis biru (12-day MA): Anda akan melihat bar pink mengarah ke bawah. Jika Anda secara konsisten melihat garis biru ada di bawah garis orange, ini berarti market sedang mengalami penurunan.

·         Jika Anda melihat pink bar ada di bawah garis dan barnya panjang, berarti bisa jadi marketnya oversold (sudah terlalu banyak dijual) – dan mungkin saja waktunya membeli.

·         Garis orange (26-day exponential MA) ada di bawah garis biru (12-day MA): Anda akan melihat bar pink mengarah ke atas. Secara umum kita akan suka melihat garis biru secara konsisten ada di atas garis oranye. Ini menunjukkan kepercayaan diri di market dan adanya trend naik.

·         Tetapi jika Anda melihat  banyak jarak di antara 2 garis ini dan dikonfirmasi oleh pink bars yang panjang dan menuju ke atas berarti indikatornya menunjukkan marketnya overbought.

 

 

 



Bagaimana Cara Trading Crypto Currency?

 Sebelum Anda trading Crypto Currency, tiga (3) hal yang harus Anda ketahui sebagai berikut.

1.      Memilih broker yang tepat

2.      Ananlisa Fundamental

3.      Analisa Teknikal

 


 

1.     Memilih Broker yang tepat

Broker adalah perusahaan sebagai pengubung antara sesama pedagang dan perusahaan Bitcoin dalam melakukan jual beli. Memilih broker yang tepat merupakan hal mutlak kita lakukan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dikemudian hari misalnya, perusahaan tutup, uang kita dilarikan, tidak bisa menarik uang, dan lain sebagainya.

Ada banyak broker yang beroperasi di Indonesia, namun kami referensikan indodax.com. Menurut kami indodax.com broker trading Crypto Currency yang terbaik saat ini, karena sudah memiliki kantor di Indonesia, Jakarta dan Bali. Perusahaan indodax.com telah terdaftar di BAPPETI (Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi) dan Kominfo. Memiliki fitur yang familiar dan mudah melakukan transaksi jual beli, tarik dan setor dana (uang).  Juga tersedia di Google Play (Play Store) sehingga Anda bisa berdagang Crypto Currency dimana saja, tanpa mengganggu kegiatan lainnya. Silahkan daftar di indodax.com pada link di bawah ini.


 

 

2.     Analisis Fundamental

 

Teknik analisis fundamental merupakan teknik analisis dimana Anda akan memprediksi pergerakan harga berdasarkan suatu peristiwa yang dapat mempengaruhi naik atau turunnya harga Bitcoin.

 

Analisis fundamental terdiri dari beberapa faktor, yaitu sebagai berikut.

 

1.       Faktor Kebijakan Pemerintah

 

Saat ini (per tahun 2017), mayoritas sirkulasi Bitcoin berada di Jepang. Mengapa demikian? Salah satu faktor utama yang mempengaruhi persebaran Bitcoin adalah kebijakan pemerintah.

 

Jepang bisa menjadi yang terdepan dalam sirkulasi Bitcoin dikarenakan pemerintah Jepang yang melegalkan dan mengeluarkan regulasi akan Bitcoin. DAN umumnya, Anda bisa mengandalkan berita-berita seputar Bitcoin dari Jepang untuk memprediksi pergerakan harga.

 

Kebijakan lainnya yang bisa mempengaruhi perdagangan Bitcoin misalnya saat pemerintah Jepang mengeluarkan undang-undang yang melegalkan Bitcoin sebagai metode pembayaran yang sah pada 1 April 2016.

 

Tidak hanya itu, juga ditetapkan ketentuan dan regulasi tentang persyaratan modal, cyber security, pelatihan karyawan, serta audit tahunan untuk mata uang digital tersebut. Karena dominasi perdagangan Bitcoin/Yen inilah, dapat dibilang bahwa pemberitaan seputar Bitcoin dari pemerintahan Jepang dapat mempengaruhi pergerakan harga Bitcoin.

 

Umumnya jika berita yang beredar baik, maka harga akan cenderung meningkat. Berlaku sebaliknya. Namun jika berita berasal dari negara yang tidak memegang porsi besar dalam sirkulasi Bitcoin, maka tidak akan ada pengaruh atau efek apapun.

 

 

2.      Faktor Krisis Ekonomi

 

Faktor kedua merupakan sebuah kondisi dimana suatu negara mengalami krisis ekonomi dan mempengaruhi perubahan harga Bitcoin. Hal ini dapat terjadi karena saat ini Bitcoin telah terklasifikasi menjadi salah satu safe haven asset (aset yang bersifat aman).

 

Salah satu contohnya terjadi pada saat negara Cyprus mengalami krisis ekonomi pada tahun 2013, dimana banyak bank yang melakukan pembekuan ATM di negara tersebut.

 

Akibatnya masyarakat tidak dapat mengambil uang dan hilang kepercayaan akan mata uang negaranya sendiri. Alhasil, mereka mulai beralih dan membelanjakan uangnya dengan Bitcoin.

 

Meskipun awalnya masyarakat Cyprus tidak mendominasi Bitcoin, akan terjadi pengaruh besar jika mayoritas masyarakatnya membeli Bitcoin dalam jumlah besar di jangka waktu singkat.

 

Negara ini bisa dibilang memulai pergerakan harga, dan akan diikuti negara lain sehingga efeknya yaitu harga Bitcoin yang meningkat tajam.

 

Namun hati-hatilah pada faktor krisis ekonomi ini, karena begitu krisis selesai harga Bitcoin akan mengalami penyesuaian. Hal ini disebabkan masyarakat yang sudah tenang dan aman negaranya mungkin menjual kembali Bitcoin yang mereka miliki.

 

 

3.      Faktor Ekonomi

 

Faktor kestabilan ekonomi di suatu negara juga bisa mempengaruhi perubahan harga Bitcoin lho! Sebagai contoh, beberapa tahun yang lalu harga Bitcoin bergerak naik akibat aktivitas ekonomi di Amerika.

 

Aktivitas yang dimaksud adalah pemilihan presiden Amerika Serikat yang dimenangkan oleh Donald Trump. Masyarakat yang ragu akan kebijakan-kebijakan presiden barunya kemudian mencari komoditas yang tidak terhubung dengan pasar finansialnya, salah satunya ya Bitcoin.

 

Dengan kata lain, bisa dibilang ketidakstabilan ekonomi di suatu negara mampu mempengaruhi naik turunnya harga Bitcoin.

 

Contoh lainnya adalah kecenderungan harga Bitcoin yang akan turun pada hari Sabtu dan Minggu serta kenaikan kembali pada hari Senin. Hal ini terjadi akibat banyaknya Bitcoin Exchange di seluruh dunia yang tidak melayani deposit pada hari Sabtu dan Minggu, sehingga menyebabkan rendahnya tingkat pembelian.

 

4.      Faktor Sosial Budaya

 

Faktor terakhir merupakan faktor sosial budaya, dimana isu sosial budaya pun bisa mempengaruhi naik turunnya harga Bitcoin.

 

Sebagai contohnya, saat perayaan hari Tahun Baru Imlek, harga Bitcoin cenderung menurun. Kok bisa?

 

Hal ini terjadi akibat kebutuhan dana serta perhentian aktivitas di mayoritas negara di Asia Timur. Dengan kebutuhan dana tersebut, umumnya sebagian besar pemilik di Asia Timur terpaksa menjual Bitcoinnya. Penyebab kedua adalah liburnya aktivitas perbankan di negara-negara Asia Timur ini sehingga menyulitkan pembelian Bitcoin pada saat itu.

 

Kasus kedua adalah isu yang terjadi dalam komunitas Bitcoin itu sendiri. Misalnya saat terjadi perbedaan visi yang terjadi tahun 2014. Perusahaan bitfinex.com mengalami kerugian besar karena terjadi pencurian senilai 119.756 Bitcoin atau sekitar Rp950 miliar.

 

Pemilik Bitcoin yang mengetahui hal ini panik dan ketakutan akan jatuhnya harga Bitcoin. Akhirnya mayoritas dari mereka menjual Bitcoinnya dalam jumlah besar, dan mengakibatkan harga Bitcoin jatuh pesat.



BITCOIN BLABK COINS