3.
Analisis Teknikal
Analisis teknikal merupakan sebuah teknik analisis
di mana Anda akan memprediksi pergerakan harga berdasarkan pembacaan grafik. Bagi
Anda yang sudah pernah trading saham atau valas pasti sudah tahu tentang hal
ini, dan Analisa yang sama bisa diterapkan pada trading Crypto Currency. Tujuan Analisa teknikal adalah agar kita
dapat mengetahui pergerakan pasar dan menentukan kapan harus kita beli atau kita
jual.
1.
Menganalisa
Perubahan Harga dengan Pola Candlestick
A. Pola
Candlestick Single
1.
Spinning Top
Ciri dari Spinning
Top adalah, memiliki dua Shadow yang memanjang di bagian atas dan bawah dengan
Body yang kecil. Mencerminkan ketidakpastian antara buyer dan seller menjadi
fokus utama dalam candle ini. Jika muncul saat Uptrend, artinya lebih banyak
Seller dari pada Buyer. Dan begitupun sebaliknya.
2.
Marubozu
Jenis pola
candlestick ini adalah, body candle yang tidak mempunyai Shadow di atas dan bawahnya.
Sehingga hanya terlihat seperti kepala tanpa rambut. Marubozu menunjukkan
sinyal pergerakan kuat dari salah satu sisi (Buyer atau Seller) yang
kemungkinan akan berlangsung sampai beberapa periode ke depan.
3.
Doji
Candlestick Doji
mirip dengan pola candlestick Spinning Top, tetapi pola Doji memiliki ciri yang
lebih kompleks. Candlestick Doji memiliki Body yang sangat tipis, bahkan hanya
terlihat seperti garis, karena harga Open dan Closenya yang sama. Hal ini
disebabkan karena antara Seller dan Buyer tidak ada yang mampu memegang
kendali.
4.
Hammer
Pola candlestick Hammer memiliki bentuk seperti palu.
Dengan lower shadow yang panjang dan Body yang kecil, pola ini mengindikasikan
kondisi Reversal Bullish pada saat Downtrend.
Perhatikan panjang Lower Shadow dan Upper Shadow.
Untuk memenuhi syarat pola Hammer, Shadow harus sangat kecil atau bahkan tidak
ada sama sekali.
5.
Hanging Man
Sepintas mirip Hammer, tetapi ini berbeda karena
posisinya tidak sama. Berbentuk seperti orang yang digantung dan terletak di
bagian atas. Candlestick Hanging Man menunjukkan sebuah pembalikan harga
Bullish menjadi Bearish, tetapi akurasinya rendah.
Jika harga Close pada candle berikutnya memang lebih
rendah lagi, maka dapat mengkonfirmasi kecenderungan Reversal Bearish.
6.
Inverted Hammer
Pola dari Inverted
Hammer seperti palu terbalik. Pola
biasanya menunjukkan sinyal Bullish, karena meskipun harga sudah sangat rendah,
tetapi Buyer masih berhasil menutup sesi dekat dengan harga open. Namun,
akurasinya rendah karena agak berlawanan. Inverted Hammer memiliki Upper Shadow
lebih panjang dari Body yang
menginformasikan tekanan Seller, tetapi di sini nytanya memberi sinyal jika
harga akan naik.
7.
Shooting Star
Pola candlestick yang
satu ini mirip seperti bintang jatuh. Shooting Star memiliki Upper Shadow yang
panjang, dengan Body berisi yang menghadap ke bawah. Jenis pola candlestick
Shooting Star menunjukkan pembalikan harga dari naik menjadi menurun.
B. Pola Candlestick Double
1.
Bullish Engulfing
Pola candlestick ini
bersifat Bull yang menelan para Bear. Bull artinya Buyer, dan Bear adalah
Seller. Bullish Engulfing Candle memberikan sinyal akan terjadinya Uptrend,
ketika ada candle bearish yang di ikuti oleh candle bullish yang lebih besar.
2.
Bearish Engulfing
Bearish Engulfing
memiliki sifat kebalikan dari candlestick Bullish Engulfing. Bearish Engulfing
mengindikasikan terjadinya Downtrend. Candle Bearish yang lebih besar akan
mengikuti candle Bullish yang lebih kecil. Penyebabnya adalah, para Seller
sanggup menghentikan laju dari para Buyer.
3.
Tweezer Bottoms dan Tweezer Tops
Selain pola
candlestick Engulfing, juga ada pola candlestick Tweezer Bottoms dan Tweezer
Tops. Tweezer Bottom merupakan satu candlestick Bearish kurang lebih sejajar
dengan satu candlestick Bullish. Keduanya sama-sama memiliki Lower Shadow
panjang, tetapi dengan Upper Shadow kecil atau tidak ada sama sekali. Tweezer
Bottom juga dapat diikuti oleh Doji. Perlu diingat bahwa panjang Body pada
kedua candle tak harus sama, tetapi nilai Low harus sama rendahnya.
Tweezer Tops adalah
candle Bullish bertemu dengan bearish dengan UpperShadow memanjang di bagian
atasnya, tetapi Lower Shadow sangat pendek atau tidak ada sama sekali. Panjang
Body pada kedua candle tak harus sama, tetapi nilai High harus sama rendahnya.
Sebuah pola candle disebut dengan Tweezer Top menunjukkan Bearish Reversal saat
terjadi Uptrend, sedangkan candlestick Tweezer Bottom adalah pola Bullish
reversal ketika Downtrend.
4.
Harami
Dalam bahasa Jepang,
Harami bermakna “kehamilan”. Kenapa disebut demikian, karena pola candlestick
Harami terbentuk dari dua candle yang mana Body candle kedua selalu berukuran
lebih kecil dan berada di dalam jangkauan Body candle pertama. Ada dua versi dari Pola ini. Yaitu pola
Bearish dan Bullish. Candle yang lebih kecil mengindikasikan pergerakan harga
telah mencapai titik puncak dan kemungkinan besar sudah tidak mampu lagi
meneruskan Trendnya. Semakin kecil candle kedua, maka semakin kuat sinyal
Reversal akan terjadi.
C.
Pola Candlestick Triple
1.
Evening Star dan Morning Star
Adanya Doji diantara
dua candlestick. Dengan body panjang sebagai ciri khusus dari pola Evening Star
atau Morning Star. Pada pola candlestick Morning Star, susunan yang muncul
adalah Bearish Candle-Doji-Bullish Candle dan terjadi pada posisi grafik
Downtrend. Pola candlestick Morning Star ini mengindikasikan waktunya Reversal
Bullish. Sebaliknya, pola candlestick Evening Star terjadi pada posisi grafik
Uptrend, dan memberi sinyal Reversal Bearish. Formasinya adalah Bullish Candle-Doji-Bearish
Candle.
2.
Three White Soldier dan Three Black Crows
Berbeda dengan pola-pola candlestick sebelumnya yang menunjukkan sinyal Reversal, Three White Soldiers dan Three Black Crows digunakan untuk mengonfirmasi kekuatan arah trend terkini.
Pola Three White
Soldiers terbentuk dari tiga candle Bullish panjang yang mengikuti Downtrend.
Harus di perhatikan, candlestick kedua, harus memiliki ekor yang kecil atau
bahkan tidak ada sama sekali. Pola candlestick Three Black Crows adalah
kebalikan dari Three White Soldiers. Pola Three Black Crows terbentuk ketika
tiga candle Bearish mengikuti Uptrend yang kuat, dan mengindikasikan bahwa akan
segera terjadi Reversal.
3.
Three Inside Up dan Three Inside Down
Pola candlestick yang terakhir adalah Three Inside Up
dan Three Inside Down. Keduanya menandakan Trend Reversal. Polanya adalah
Bearish-Bullish-Bullish. atau
Bullish-Bearish-Bearish.
Three Inside Up
terjadi setelah Downtrend dan merupakan sinyal untuk Reversal Uptrend. Candle
pertama dalam pola ini adalah Bearish
Candle dengan tubuh panjang. Selanjutnya di ikuti oleh Bullish Candle yang
melewati titik tengah dari Candle Bearish pertama. Candle ketiga harus melewati
tinggi Candle Bearish pertama.
Pola candlestick
Three Inside Down adalah kebalikan dari Three Inside Up. Dalam hal ini, pola
Three Inside Down adalah indikator untuk Reversal Downtrend.
2. Menggunakan Indikator
Indikator merupakan alat bantu yang dapat
dimanfaatkan untuk mengetahui arah pergerakan harga sehingga kita tidak terjebak
membeli di harga tinggi dan malah mengalami kerugian.
1. Bollinger Bands
Indikator pertama adalah Bollinger Bands, yakni indikator yang digunakan untuk membaca pergerakan harga untuk mengukur volatilitas suatu pasar dan memperkirakan rentang pergerakan harganya.
Umumnya gambaran yang akan diperoleh merupakan pengetahuan apakah pasar sedang ramai atau tenang. Bentuknya sendiri terdiri atas tiga garis yang bergerak mengikuti pergerakan harga, yang umum disebut upper band, middle band, dan lower band.
Jarak ketiga band tersebut pada dasarnya dipengaruhi oleh volatilitas yang sedang terjadi. Semakin besar volatilitas maka semakin lebar jarak antara ketiga band tersebut, sementara semakin kecil volatilitas maka semakin kecil jaraknya.
Sederhananya, dapat dikatakan Bollinger Bands menunjukkan pasar sedang ramai saat melebar, dan pasar sedang sepi saat bands menyempit dan cenderung bergerak datar. Kondisi pasar ini akan membantu Anda menentukan strategi apa yang sebaiknya dilakukan.
Bollinger Bands juga berfungsi sebagai support dan
resistance dinamis sehingga setiap pergerakan harga menyentuh garis band atas
atau band bawah maka harga cenderung kembali ke tengah. Fungsi middle band
adalah sebagai target.
Cara Analisis Teknikal dengan Bollinger Bands
1.
Strategi Membeli atau Menjual di Ujung Tren dimana
Harga akan Balik Arah
Strategi ini memanfaatkan pencarian level buy di
area lower band atau mencari level sell di area upper band. Targetnya adalah
area middle band.
Saat Anda ingin menjual dan harga telah sampai di upper band, akan sulit menentukan harga akan tetap atau justru menembus ke atas. Sebaiknya tunggu konfirmasi pantulan berbentuk candlestick atau bar chart yang ditutup di bawah upper band. Saat Anda ingin membeli, sebenarnya caranya sama saja seperti tadi, namun pergerakan yang diharapkan adalah telah sampai di lower band. Untuk menentukan stop loss, Anda perlu mencari support atau resistance terdekat.
2.
Strategi Mengenal Peluang Breakout
Dalam strategi breakout trading, umumnya diikuti
oleh Bollinger Bands yang bergerak melebar secara pesat hingga menembus upper
atau lower band.
Kondisi ini akan menjadi pertanda untuk memutuskan
membeli/menjual. Jika upper band yang ditembus, strateginya adalah buy,
sebaliknya gunakan strategi sell jika menembus lower band.
3.
Rumus Bollinger
Band standar
Bollinger Band standar menetapkan garis tengah
sebagai simple moving average (SMA) 20 hari. Sedangkan untuk band atas dan
bawah, ini dihitung berdasarkan volatilitas pasar.
·
Garis tengah: simple moving average (SMA) 20 hari
·
Garis atas: SMA 20 hari + (deviasi standar 20 hari
x2)
·
Pita bawah: SMA 20 hari – (deviasi standar 20 hari
x2)
Semakin besar periode yang digunakan, maka semakin halus garis pergerakan harganya. Standar harga yang biasa digunakan adalah harga penutupan. Umumnya simple moving average memperhalus pergerakan harga dalam rentang waktu tertentu sehingga Anda akan lebih mudah mengenali tren atau arah pergerakan harga secara umum.
Prinsipnya, jika harga secara umum bergerak di
atas MA maka tren yang berlangsung adalah uptrend (gunakan sebagai area
referensi untuk buy), sedangkan jika harga secara umum bergerak di bawah MA
maka tren yang berlangsung adalah downtrend (gunakan sebagai area referensi
untuk sell). Jika harga menembus MA (menjadi breakout), maka kemungkinan besar
mengindikasikan bahwa tren akan berubah arah.
Kesimpulannya, Anda bisa menentukan kapan waktu
yang tepat untuk membeli dan menjual dengan menggunakan aturan baku analisis
teknikal Simple Moving Average sebagai berikut:
·
Beli ketika tren sedang naik
· Jangan beli ketika tren sedang turun
2. Menggunakan Indikator Oscillator RSI Stochastic
Indikator Stochastic Relative Strength Index, atau singkatnya Stoch RSI, adalah indikator teknis momentum yang terkenal di dunia perdagangan crypto dan dalam perdagangan umum. Stoch RSI memanfaatkan aspek dari indikator Stochastic dan indikator RSI. Pada dasarnya, Stoch RSI adalah indikator Stochastic, dengan aksi berdasarkan level RSI menggantikan level harga.
Stoch RSI, pada nilai nominal, terdiri dari rentang angka 0 hingga 100. Indikator ini dilengkapi standar dengan garis putus-putus pada 20 dan 80. Biasanya, setiap tindakan pada kisaran 80 diberi label sebagai “wilayah overbought,” dan apa pun. di bawah 20 dianggap “oversold.”
Stoch RSI juga memiliki dua garis yang saling
berinteraksi, berlabel K dan D. Pada Stoch RSI, nilai-nilai ini keduanya
menjadi standar pada nilai 3, dengan RSI dan Stochastic panjang keduanya di 14.
Sebagai perbandingan, indikator stochastic biasa memiliki garis yang disebut% K
dan% D, dengan nilai masing-masing 14 pada 3, dan input nilai mulus 3.
Sederhananya, Beli pada saat cross di area
Oversold dan Jual pada saat cross di area Overbought.
3. Menggunakan Indikator Moving Average Convergence/Divergence (MACD)
MACD adalah salah satu indikator momentum yang banyak digunakan. Menggunakan indikator ini bisa berguna untuk Anda menemukan trend di cryptocurrencies bahkan sebelum trend tersebut terjadi. MACD digunakan oleh trader dan investor di berbagai macam market dan industri dan tentu saja bisa diaplikasikan di cryptocurrency yang sangat volatile.
Anda bisa menggunakannya untuk menemukan trend dan bisa digunakan untuk menentukan seberapa lama Anda tetap berada di dalam trend sampai momentumnya mulai menghilang.
Saat melihat chart MACD anda akan menemukan ada 3
variabel : Biru, orange dan bar berwarna pink.
·
Garis biru adalah Exponential Moving Average (EMA)
dengan jangka 12 hari (12 day exponential moving average).
·
Garis orange adalah Exponential Moving Average
(EMA) dengan jangka 26 hari.
·
Pink bars adalah indikator yang menentukan jarak
antara garis orange dan biru.
Berikut ini beberapa cara membaca grafik MACD yang bisa Anda gunakan :
·
Garis orange (26-day exponential MA) lebih tinggi
daripada garis biru (12-day MA): Anda akan melihat bar pink mengarah ke bawah.
Jika Anda secara konsisten melihat garis biru ada di bawah garis orange, ini
berarti market sedang mengalami penurunan.
·
Jika Anda melihat pink bar ada di bawah garis dan
barnya panjang, berarti bisa jadi marketnya oversold (sudah terlalu banyak
dijual) – dan mungkin saja waktunya membeli.
·
Garis orange (26-day exponential MA) ada di bawah
garis biru (12-day MA): Anda akan melihat bar pink mengarah ke atas. Secara
umum kita akan suka melihat garis biru secara konsisten ada di atas garis
oranye. Ini menunjukkan kepercayaan diri di market dan adanya trend naik.
·
Tetapi jika Anda melihat banyak jarak di antara 2 garis ini dan
dikonfirmasi oleh pink bars yang panjang dan menuju ke atas berarti
indikatornya menunjukkan marketnya overbought.